Derasnya hujan pagi ini membuat sebagian orang malas untuk memulai aktivitas, ada yang enggan beranjak dari tempat tidur, enggan mandi karena hawa dingin yang mencekat, enggan berangkat ke tempat kerja karena membayangkan macet dan banjir di beberapa titik kota Jakarta, rasanya enggan melakukan apa-apa.
Begitupula dengan suasana hatiku pagi ini, derasnya air mata yang jatuh di pipiku karena harus menerima kenyataan bahwa saat itu akan tiba, saat di mana aku harus benar-benar merelakan Dia pergi jauh, Dia yang begitu sangat aku sayangi harus meninggalkan aku karena tugas yang diembannya. Saat aku mendengar kabar itu darinya, rasanya enggan sekali aku melakukan apa-apa. Dia berusaha menenangkan hatiku yang gundah gulana, bahwa jarak yang terpisah bukanlah apa-apa, komunikasi akan tetap terjaga, saling memberikan support dan saling mengingatkan satu sama lain akan membina sebuah hubungan yang terpisahkan oleh jarak. Namun hatiku masih belum jua tenang dengan keputusan ini, harapan untuk bertemupun seakan tak ada lagi menjelang kepergiannya, semua begitu cepat.
Yaaaahhh… Semua memang harus terjadi, saat yang sangat aku takutkan itu tak dapat terelakkan lagi. Tak dapat kupungkiri yang terjadi kemarin, saat ini dan masa yang akan datang adalah kehendak-Nya, semua terjadi atas campur tangan-Nya.
Pertemuanku dengannya, perpisahanku dengannya dan kembalinya dia lagi padaku sudah digariskan oleh-Nya.
Ya Allah…. Aku serahkan semuanya pada-Mu
Aku relakan dia pergi meninggalkanku
Aku hanya bisa berdo’a dan memohon perlindungan-Mu untuknya
Jagalah Ia, jagalah hatinya agar tak kan pernah berpaling dariku
Kuatkanlah Aku dalam penantian ini ya Allah
Selamat jalan Maz….
Tunaikanlah tugasmu dan segeralah kembali padaku
Karena aku akan sangat merindukan kehadiranmu di dekatku
I’ll always Loving You
Vie Fately